Perkembangan teknologi di zaman modern ini memang sangatlah pesat, tidak terkecuali dalam sektor smartphone/handphone. Sudah banyak smartphone yang beredar di pasaran, mulai dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta pun ada, semua tergantung apa yang diinginkan konsumen itu sendiri. Namun, spesifikasi apa yang diinginkan konsumen di zaman sekarang itulah yang menjadi “PR” bagi para produsen smartphone. Apakah konsumen tersebut menginginkan performa tinggi, atau desain ciamik, kamera bagus, baterai tahan lama, atau mungkin semua poin tadi adalah yang diinginkan konsumen? Banyak brand smartphone di zaman sekarang yang menghadirkan opsi di harga murah dengan “banyak kamera nih, ada 3 kameranya”. Tetapi pada kenyataannya, hanya satu kamera saja yang fungsional.
Problematikanya disini adalah tentang bagaimana suatu racikan pada smartphone ini bisa menjadi suatu poin menarik yang bisa membuat para konsumen itu “jatuh cinta” kepada smartphone tersebut. Pasalnya, tidak semua produsen smartphone ini bisa menjanjikan spesifikasi yang diinginkan masyarakat dengan ‘harga murah’. Poin menarik disini adalah dengan harga yang murah apakah para produsen smartphone yang bersangkutan bisa membuat suatu mahakarya yang sangat bagus? Untuk zaman sekarang ini, jawabannya adalah tentu saja tidak. Dengan harga yang murah, pastinya akan ada pemangkasan spesifikasi pada suatu komponen tertentu, misalnya adalah di harga dua jutaan, produsen akan menyuguhkan smartphone berperforma tinggi, tetapi dengan pemangkasan di sektor kamera yang hasil fotonya tidak bagus, begitu pula sebaliknya. Tetapi, ada pula kasus dimana di harga murah, brand smartphone menghadirkan desain yang menarik mata dengan konfigurasi “3 kamera”, yang mana hanya satu kamera yang ‘lebih fungsional’ dibandingkan dengan dua kamera yang itu hanyalah gimmick marketing semata. Lantas, apakah konfigurasi “3 kamera” ini adalah suatu gimmick marketing?
Perilaku produsen pastinya akan mengikuti apa yang ada pada perilaku konsumennya. Jika konsumen pasar tersebut menginginkan sesuatu yang mengunggulkan “A” dibandingkan “B”, maka produsen pun akan mempertimbangkan untuk memangkas produksi “B” ke pasaran. Setelah itu, para public relations pada suatu brand smartphone tersebut akan mengemasnya ke dalam iklan yang “mengundang mata”. Seperti yang kita pahami, membuat kampanye dan rencana Hubungan Masyarakat (PR) adalah tugas yang rutin dilakukan oleh praktisi PR. Kampanye PR memiliki tujuan yang terdefinisi dengan jelas, yakni meningkatkan kesadaran tentang suatu produk atau layanan, menginformasikan publik tentang berita perusahaan, atau mencapai audiens yang lebih luas. Tentu saja, hal ini dilakukan melalui penggunaan pesan strategis untuk berkomunikasi dengan audiens agar mencapai tujuan yang diinginkan. Contoh iklan smartphone android dengan segmentasi harga terjangkau yang sekarang (terhitung sejak tanggal 12 Juni 2023) yang sedang booming, salah satunya yakni adalah dari brand Infinix dengan smartphone-nya bernama “Infinix Note 30 Pro”.

Pada review yang dihadirkan oleh Jagat Review tersebut, ter-highlight pada judul video yang menarasikan “Smartphone Rp 2.9 Juta Terbaik Tahun Ini?”. Dengan judul tersebut, dapat diindikasikan bahwa smartphone Infinix Note 30 Pro ini menempatkan pasarnya pada kelas entry level ke mid range level. Dengan “bandrolan” harga tersebut, spesifikasi yang ditawarkan beserta fitur-fiturnya pun termasuk “gila” untuk pasar smartphone dengan harga terjangkau zaman sekarang ini. Beberapa fitur yang dapat menarik perhatian tersebut diantara adalah:
- Wireless charging. Sejauh ini, fitur tersebut biasanya hanya ada di smartphone kelas atas. Memungkinkan smartphone untuk diisi dayanya tanpa menggunakan mekanisme kabel.
- Bypass charging. Fitur ini juga biasanya hanya ada di smartphone kelas atas. Fitur ini bisa membuat smartphone yang sedang disambungkan ke alat pengisi daya itu dayanya tidak langsung ke baterai, tetapi daya listrik tersebut akan langsung disalurkan ke motherboard smartphone tersebut. Ini tentunya bisa meminimalisir panas dan membuat baterai bisa lebih awet.
- Reverse charging. Fitur ini memungkinkan smartphone untuk mengisi daya perangkat lain.
- Charging 68 Watt. Pengisian daya tentu akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan smartphone di kelasnya yang dibawah itu.
- Body belakang yang sudah menggunakan kaca, seperti yang ada pada smartphone kelas atas lainnya.
Dengan beragam spesifikasi unik yang ada pada smartphone Infinix tersebut, tentu saja membuat Infinix Note 30 Pro ini mendapat “lirikan” dari berbagai konsumen yang ada di Indonesia. Para konsumen yang merasa diri mereka masuk ke dalam pasar Infinix Note 30 Pro, pastinya mereka akan punya pertimbangan yang matang untuk membelinya.
Namun disisi lain, dengan menampilkan fitur-fitur yang mumpuni tersebut, dengan rentang harga tersebut produsen membuat sebuah gimmick marketing yang bisa dikatakan “secara tidak langsung” kepada para konsumen awamnya (konsumen yang biasanya tidak terlalu melek akan teknologi). Beberapa hal tersebut adalah:
- Konfigurasi triple camera di bagian belakang smartphone. Diisi dengan satu modul kamera utama yang “cukup” menarik perhatian dengan 108mp nya, tetapi dibersamai pula dengan kehadiran kamera depth sensor dan ai camera. Hal ini membuatnya termasuk gimmick karena memang kedua modul kamera depth sensor dan ai camera ini sama sekali tidak dipakai/jarang sekali akan dipakai.
- Labelisasi “Sound By JBL”. Bukan karena konfigurasi hardware, tetapi adalah konfigurasi profil suara yang sesuai dengan produk JBL. Dengan rentang harga yang terjangkau tersebut dan di kelas tersebut, suara yang dihasilkan memang menjadi yang terbaik di kelasnya, namun tidak bisa dibandingkan dengan smartphone kelas atas lainnya.
Gimmick Marketing

Berdasarkan penjelasan oleh Jagat Review, gimmick adalah sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan daya tarik, namun tidak pasti akan meningkatkan nilai atau kemampuan produk itu. Gimmick yang terdapat pada konfigurasi triple camera pada smartphone Infinix Note 30 Pro memang termasuk bukan tanpa alasan juga. Produsen membuat konfigurasi sedemikian rupa karena memang masih banyak konsumen yang menginginkan desain mencolok dengan penampakan kamera yang terlihat banyak.
Teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, salah satunya adalah tentang Esteem Needs (kebutuhan akan penghargaan). Teori ini menjelaskan tentang prestise seseorang dalam pemenuhan egonya, seperti contohnya kebutuhan akan status, pengakuan, reputasi, dan juga martabat. Dengan berlandaskan teori esteem needs tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa para konsumen yang menginginkan kebutuhan akan style-nya yang menganggap bahwa kamera yang banyak menjadi ciri khas yang diinginkan mereka. Filosofi yang tercipta dengan sistem modul kamera yang lebih dari satu pada smartphone kelas bawah ini terinspirasi pula dari smartphone-smartphone kelas atas yang mana juga menggunakan modul kamera yang lebih dari satu. Sebagai contoh adalah modul-modul kamera belakang yang ada pada smartphone flagship androidtercanggih saat ini, yakni Samsung Galaxy S23 Ultra dengan satu buah kamera ultra wide, satu buah kamera utama, dan dua kamera telephoto. Tentu saja keempat kamera tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, produsen smartphone yang bersangkutan akan membuat hal yang diinginkan tersebut sesuai dengan keinginan/kebutuhan konsumennya. Maka dari itu, terciptalah gimmick marketing berkedok “kamera yang banyak”. Termasuk juga labelisasi ”Sound By JBL” yang ada pada smartphone Infinix Note 30 Pro yang membuatnya seakan-akan beda dari yang lainnya.
KESIMPULAN
Smartphone android dengan harga yang terjangkau yang banyak beredar di pasaran masa kini adalah bentuk dari perkembangan teknologi yang sangat pesat. Produsen-produsen smartphone berlomba-lomba untuk memikat para konsumen untuk bisa memilih produk mereka masing-masing. Salah satu hal yang membuat konsumen mau untuk membeli produk smartphone android terjangkau tersebut tidak lain adalah mempertimbangkan soal desainnya. Berhubungan pula terkait desain, hal ini merujuk juga ke arah esteem needs yang ada pada tiap konsumen, yang mana mereka punya hak akan pengakuan dalam bentuk pemilihan desain suatu produk tertentu. Para produsen smartphone tentu akan menyesuaikan pula keinginan pasarnya, maka dari itu terciptalah gimmick marketing. Gimmick itu sendiri bisa muncul kepada para konsumen yang merasa dirinya tidak memakai fitur tersebut/mereka merasa tidak membutuhkan adanya kehadiran konfigurasi triple camera pada smartphone. Sedangkan, gimmick tersebut akan tidak dianggap sebagai gimmick kepada para konsumen yang merasa fitur tersebut akan mereka gunakan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, hal terkait terciptanya gimmick marketing ini mempunyai alasan tersendiri dibalik itu, karena kebutuhan pasar maka produsen akan menyesuaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Angelia, Diva. (13 April 2022). Merek Smartphone Android ini Kuasai Pangsa Pasar Dunia 2021. Tautan: https://goodstats.id/article/merek-smartphone-android-ini-kuasai-pangsa-pasar-dunia-2021-Drtxp (Diakses pada tanggal 11 Juni 2023)
Hadi, Abdul. (25 Maret 2022). Teori Kebutuhan Maslow: Pengertian dan Contohnya. Tautan: https://tirto.id/teori-kebutuhan-maslow-pengertian-dan-contohnya-gjrV
https://www.youtube.com/watch?v=xmeUWKkkDew, oleh Jagat Review. Smartphone Rp 2.9 Juta Terbaik Tahun Ini? Review Infinix Note 30 Pro Resmi Indonesia. Diakses pada tanggal 12 Juni 2023.
https://www.samsung.com/id/smartphones/galaxy-s23-ultra/. Diakses pada tanggal 12 Juni 2023
https://www.youtube.com/watch?v=DiXUqJOdMNo, oleh Jagat Review. Kamera Palsu? OIS Murah? Kamera Hape Terbaik? Jawab Pertanyaan Kamera Smartphone – TAJAM Cepat #03. Diakses pada tanggal 12 Juni 2023.
https://www.youtube.com/watch?v=cvp-YcCgHpU&t=223s, oleh Jagat Review. Bagaimana Membedakan Hape Pakai Gimmick Marketing? Tech Uncensored #21. Diakses pada tanggal 12 Juni 2023.
https://youtube.com/shorts/ctGxXEOMEgk?feature=share, oleh Jagat Review. Kenapa Hape Banyak Pakai Kamera “Bonus” yg Kurang Berguna?. Diakses pada tanggal 12 Juni 2023.
Penulis: Mayrhino Listeja Sulaksana
Editor: Odilia Diana Dyah Ayu Pitaloka